My Drama Project : "Kajima, oppa!"

01.31


“Sebenarnya dari dulu ada satu hal yang benar-benar ingin kudengar dari mulutmu secara langsung. satu hal saja, dimana untuk satu hal itu aku rela mengorbankan segalannya, bahkan untuk seluruh hidupku dan semua kebahagiaan duniaku. maukah kau tau itu apa?
Panggil aku kakak..
dan jika itu terjadi aku rela mati, mati dengan sangat bahagia.”




Kajima, oppa!!*
Musim semi. Siang itu, bandara incheon sedang ramai-ramainnya dengan penumpang pesawat. seorang gadis berumur 15 tahun duduk sendirian sambil memasang headset di telingannya, gadis itu bernama Lee Jae in, dan dia sangat membenci keramaian! sambil bertopang dagu Jae in mengomeli sosok yang masih berada di pesawat yang sedang ia tunggu.
Jae in        : “kalau tidak karna ibu yang menyuruhku untuk menjemputmu, jangan harap aku akan melakukan ini ya!!!bukankah kau bilang pesawatmu akan tiba sekarang? Dasar bodoh!!”
Min woo : (datang dari belakang punggung Jae in) “siapa yang kau bilang bodoh? pesawat hanya telat beberapa menit, kau sudah mengomel seperti nenek-nenek”
Jae in        : (langsung berdiri menghadap Min woo) “Nenek-nenek? siapa yang kau bilang nenek, HA? aku   sudah repot-repot menjemputmu. dan meskipun beberapa menit, ini sudah seperti neraka untukku! kau sendiri tau aku paling tidak suka keramaian. dan satu hal lagi, kau memang bodoh, kenapa harus pulang? seharusnya kau menetap disana beberapa tahun lagi, agar kapasitas otakmu meningkat sedikit lagi” (menjinjit dan menyundul kepala Min woo)
Min woo : (pura-pura menutup telingannya) “nah tuh, ngomel lagi.”
Jae in        : “kau!-“
Min woo : “jangan kau, tapi oppa!. tampan-tampan gini aku ini kakakmu, dan memangnya kamu tidak ingin kakakmu yang tampan ini pulang? sudahlah adik kecil,” (mengelus-elus kepala Jae in) “omelannya disudahi saja ya, ayo kita pulang”
Jae in        : “kalau mau dipanggil oppa, bersifatlah seperti kakak yang sesungguhnya!”
Min woo tertawa dan langsung melingkarkan tangannya pada bahu Jae in, menariknya keluar dari lingkungan bandara Incheon dan mendorongnya masuk kedalam taksi. taksi mereka berjalan dengan dipenuhi ocehan pertengkaran dua bersaudara. dengan lega supir taksi itu menurunkan mereka berdua dihalaman rumah kakak-beradik itu. dan disana mereka sudah disambut dengan ibu mereka.
Min woo : “Eomma.....**!!!!!!” (menghambur kearah ibunnya dan langsung memeluknya rindu)
Ibu            : (tersenyum) “Bagaimana?”
Min woo : (melepaskan pelukannya, tapi tangannya masih memegang pinggang ibunnya) “kabarku? kabarku luar biasa! gadis-gadis disana sangat cantik berbeda sekali dengan seseorang” (mengerdik kearah Jae in yang berkacak pinggang) “dan begitu banyak hal yang ingin kuceritakan!”
Jae in        : “kau ini laki-laki atau apa-”
*kajima, oppa!! = jangan pergi, kakak!! (oppa digunakan
untuk sapaan kakak laki-laki atau pacar  laki-laki dalam bahasa korea)
**Eomma=Panggilan Ibu dalam bahasa korea
Ibu            : “Jae in, kakakmu ini kan baru datang. bersikaplah lebih baik sedikit. “
Min woo : (tersenyum kemenangan) “tuh dengerin, adik kecil...” (mengelus-elus kepala Jae in)
Jae in        : (menyingkirkan tangan Min woo) “aku bukan anak kecil ya!! aku sudah 15 tahun!
Min woo : “tetep aja masih kecil.  sudahlah terimalah kodratmu,. kecil ya kecil!!!” (tertawa meledek)
Ibu            : “kalian ini baru bertemu beberapa jam saja, sudah bertengkar lagi. “
Jae in        : “Min woo tuh yang mulai pertengkaran terus!”
Ibu            : “Jae in! Min woo itu kan kakakmu, panggil kakak!”
Jae in        : “iya iya. dari tadi eomma terus-terusan bela dia” (menunjuk kearah Min woo dan akhirnya masuk kedalam rumah sambil mengomel-ngomel)
Ibu            : “anak ini!!” (bergerak sedikit hendak menyusul Jae in sebelum akhirnya dihentikan Min woo)
Min woo : “haha... tidak perlu eomma. ayo masuk kedalam. diluar panas”
Ibu            : “hahhh.. baiklah. entah sampai kapan jae in bersikap lebih dewasa dan memanggilmu kakak..” (melirik ke arah min woo) dan kau juga, kau ini sudah dewasa sampai kapan kau terus-terusan menggoda adikmu?”
(Min woo tertawa terbahak-bahak dan menarik ibunnya masuk kedalam rumah.)
**********
Di ruang keluarga.
Min woo : “Nonton apa? jangan bilang drama!”
Jae in        : “lah emang iya” (memasang wajah tak berdosa)
Min woo : “haaahhhhh...” (mendesah keras)
Jae in        : “Kalau nggak suka, nggak usah nonton.”
Min woo : (merebahkan tubuhnya di sofa.) “aku memang nggak minat nonton televisi, apalagi drama cengeng kayak gitu” (menunjuk ke arah televisi)
Jae in        : “ya sudah sana!! pergi-pergi!! (mendorong-dorong tubuh Min woo agar menyingkir)
Min woo : (tak bergeming dari dorongan Jae in) “jae in..” (tiba-tiba bangkit) “kamu beneran nggak kangen sama kakakmu ini?”
Jae in        : (menggeleng yakin) “tidak. sedikitpun tidak”
Min woo : “benarkah? Padahal disana aku selalu memikirkan adik kecil” (menggeleng-gelengkan kepala heran)
Jae in        : “Serius?”
Min woo : “kau percaya? yang benar saja, disana gadis-gadisnya seperti angsa, mana sempat aku memikirkan bebek!!” (Tertawa terbahak-bahak)
Jae in langsung menjatuhkan tubuh kakaknya itu ke sofa, menggelitikinnya dan memukulinnya. sementara itu min woo hanya tertawa pasrah. tiba-tiba jae in berhenti karena ponselnya bergetar. ada pesan masuk. begitu membacannya jae in tak henti-hentinnya tersenyum.
Min woo : “Siapa?”
Jae in       : “bukan urusanmu!” (tetap memandang layar ponselnya dan mengetikkan beberapa huruf)
Min woo : (mengintip pesan Jae in) “Oppa??”
Jae in        : “Min woo,, jangan mengintip!” (mendelik pada Min woo)
Min woo : “Apa maksudnya?” (terdiam berfikir) “Apa ini? kau tidak mau memanggilku kakak, tapi kau malah memanggil orang lain oppa?”
Jae in        : “hmmmm” (mengangguk pelan)
Min woo : “Siapa?”
Jae in        : “bukan siapa-siapa”
Min woo : “Jae in!!!” (memperkeras volumennya)
Jae in        : “baiklah.. baiklah” (Ragu-ragu sebentar) “dari Tae seo ..“ (berkata pelan)
Min woo :  “tunggu-tunggu.. jangan bilang kalau kamu pacaran sama si tengil Tae seo itu?”
Jae in        : “Bisa dibilang begitu” (mengangguk ragu-ragu dan menatap Min woo pelan-pelan)
Min woo : “aku kan sudah pernah bilang, siapapun boleh tapi jangan Tae seo. kamu tau sendiri kan? Tae seo itu hanya bermain-main dengan perempuan. kamu mungkin hanya akan jadi salah satu korbannya. dan bukannya Hye eun, temanmu itu juga dipermainkan olehnya?”
Jae in        : “Dia sudah janji akan berubah. dan dia juga bilang kalau hubungannya dengan Hye eun cuma sekedar teman biasa.”
Min woo : “jae in.. jae in, sepertinnya kamu sudah terkena bualan buaya itu. baiklah..” (bangkit berdiri) “kau tunggu di rumah saja. Akan kutunjukkan padamu!”
Jae in        : “Eh, apa yang akan kau lakukan?”
Min woo : “ tapi sebelumnya, kamu harus berjanji satu hal padaku”
Jae in        : “Apa sih?” (bertanya kebingungan)
Min woo : “jika aku berhasil, kau harus memanggilku oppa”
 (hening sebentar antara keduanya, sampai akhirnya Min woo pergi meninggalkan Jae in yang terdiam kebingungan.)
***************
(Sore hari. Min woo masuk kedalam rumah dengan terseok-seok. tubuhnya babak belur. Jae in yang berdiri di depan pintu memergokinnya)
Jae in        : “Apa yang terjadi?”
Min woo : “Tidak apa-apa” (kembali berjalan)
Jae in        : “Apa ada hubungannya dengan Tae seo”
Min woo : (terdiam) “kau tidak perlu tau”
Jae in        : “jika itu menyangkut Tae seo, aku perlu tahu!” (membentak)
Min woo : “apakah kau bertanya padaku karna mencemaskan pria itu?”
Jae in        : “kau hanya perlu menjawab apa yang kau lakukan pada Tae seo”
Min woo : “baiklah, kau benar-benar ingin tau? AKU MEMUKULINNYA!!!!!! aku memukuli si buaya itu”
Jae in        : “LEE MIN WOO!!!! kenapa kau ini? Apa salah Tae seo?”
Min woo : “Sebegitu pentingkah pecundang itu bagi Lee jae in.? ” (menggeleng-gelengkan kepala)
Jae in        : “Tentu saja!! apalagi jika dibandingkan denganmu!”
Min woo : “Begitukah? baiklah, PERGILAH ke si Tae seo itu. obati dia!”
Jae in        : “tentu saja aku akan pergi. tapi tunggu saja, aku akan membuat perhitungan denganmu jika Tae seo terluka parah”
(Jae in tak tau harus berbuat apa. dia benar-benar marah pada Min woo. yang dia tahu sekarang, dia harus mencari Tae seo. dengan langkahnya yang dipercepat dia berjalan keluar rumah. tiba-tiba, Hye eun menghampirinnya)
Hye eun  : “Jae in!!!” (menghambur memeluk Jae in)
Jae in        : “apa yang terjadi?”
Hye eun  : “Terimakasih”
Jae in        : “Terimakasih?”
Hye eun  : “iya, kakakmu menyelamatkanku.”
Jae in        : “kakakku? bukankah dia tadi memukuli Tae seo?”
Hye eun  : “iya, dia menyelamatkanku dengan memukuli Tae seo. Tae seo mencoba melakukan sesuatu yang ditakuti setiap wanita di dunia.”
Jae in        : “(terkejut) be-benarkah?” (refleks melepaskan pelukan Hye eun)
Hye eun : (mengangguk) “aku mohon sampaikan rasa terimakasihku padannya.  tadi aku benar-benar ketakutan. (menangis tersedu-sedu)”
 (ponsel Jae in bergetar.  ibunnya menelefon)
Jae in        : “Hallo?”
Ibu            : “jae in, Min woo...” (berkata lemas)
Jae in        : “Min woo kenapa?”
Ibu            : “Min woo,, Min woo pingsan dan sekarang dibawa kerumah sakit”
Jae in        : (ponselnya terjatuh) “Min woo...” (bisiknya lemas)
***************
Ibu            : “kau tau apa alasan kakakmu keluar negeri?”
Jae in        : “dia ingin mendapatkan gelas S1 nya disana. sudah jelas kan?”
Ibu            : “jika itu untuk gelar. tanpa harus keluar negeri pun bisa”
Jae in        : “lalu untuk apa?”
Ibu            : “eomma sepertinnya sudah tidak mampu menyembunyikannya lagi padamu.” (menarik nafas pelan-pelan dan menerawang kedepan) “ada yang aneh dengan jantung kakakmu. dokter disini tidak bisa menanganinnya. itu sebabnya ibu menyuruhnya untuk berobat di luar negeri,..”
Jae in        : “benarkah? ba-bagaimana-” (mulutnya kaku dan tidak bisa merespon ibunnya)
Ibu            : “ya.. dan perkelahiaannya dengan Tae seo kemarin semakin memperparah keadaan jantungnya..”
******************
(Di kamar pasien. Jae in duduk dikursi disebelah samping ranjang Min woo)
Min woo : “Ah aku hampir lupa, kau punya  janji padaku”
Jae in        : “janji? janji apa?”
Min woo : “jangan berpura-pura lupa. bukankah jika aku berhasil menunjukkan padamu tentang Tae seo yang sebenarnya kau berjanji akan memanggilku oppa?” (tersenyum menggoda)
Jae in        : “janji apannya, aku tidak pernah mengiyakan”
Min woo : “janji tetaplah janji”
Jae in        : “aku tidak mau”
Min woo : “ayolah...”
Jae in        : “Tapi tetap saja”
Min woo : “Aku mohon... “(memandang Jae in dengan ekspresi wajah meyakinkan) “sekali ini saja..”
Jae in        : “baiklah... (ragu-ragu) o-oppa”(terbata-bata)
Min woo : (tersenyum) “hmmm.. ternyata begitu rasannya”
Jae in        : “Apa?”
Min woo : “tidak... tidak apa-apa”
Jae in           : “Kau tau? kau membingungkanku.” (terdiam sebentar kemudian tiba-tiba meledak) “kenapa kau masih pergi mencari tae seo? bukankah sejak awal kau sudah tahu berkelahi hanya akan memperparah kondisimu?”
Min woo : “begitu ya, eomma pasti sudah memberitahumu. kau benar, aku sudah tau. ini (memegang jantungnya) sangat rentan” (mencoba tersenyum)
Jae in        : “jika kau sudah tau, kenapa masih melakukan hal seceroboh itu?”
Min woo : “karena hanya ini yang bisa kulakukan dalam kesempatan waktu sesempit ini. andai saja aku masih ada tenggang waktu lebih lama lagi,..”
Jae in        : “apa maksudmu? aku benar-benar tidak mengerti.”
Min woo : “kau tau alasanku kembali ke korea?” (memandang Jae in) “di london, aku menjalani terapi-terapi melelahkan dan menguras tenaga “aku sangat yakin suatu saat nanti cepat atau lambat aku bisa sembuh asalkan aku berhati-hati. sampai akhirnya aku tau, bahwa itu semua tidak ada gunannya. penyakit aneh ini tidak diketahui penyebabnya apalagi obatnya. terapi-terapi melelahkan dan obat-obat yang rasannya mengerikan itu hanya mengurangi penyebarannya dalam tubuhku. sedangkan jantungku semakin hari semakin melemah. dokter di london memvonis umurku mungkin hanya akan bertahan beberapa bulan. itulah sebabnya aku pulang, dan berencana melakukan hal yang penting bagimu  meskipun hanya sekali. aku tidak bisa memilih  apa, jadi aku memutuskan untuk melindungimu dari si pecundang tae seo”
Jae in        : “tidak, kau pasti sembuh.” (menggeleng-gelenkan kepala dan mencoba berkata dengan tegar)
Min woo : “aku harap juga begitu” (tersenyum) 
(Min woo terdiam, tubuhnya menegang. Jae in panik dan hendak memanggil dokter sampai akhirnya Min woo memegang lengan Jae in, mencegahnya.)
Jae in        : “Min woo..”(berbisik khawatir)
Min woo : “ada apa? aku pikir kau tidak mengharapkanku ada. dengan begitu aku tidak akan mengganggumu lagi.”
Jae in        : “kau ini bicara apa? aku tidak suka ketentraman. jadi jangan pergi”
Min woo : “pembohong yang buruk”  (tiba-tiba terdiam)  “jae in...”
Jae in        : “hmmm....?  ada apa?”
Min woo : “Maaf..”
Jae in        : “untuk apa?”
Min woo : “karena sejak dulu sampai sekarang aku belum pernah menjadi kakakmu yang baik”
Jae in        : “Memang” (tersenyum)
Min woo : “itukah sebabnya kau tidak memanggilku oppa?”
Jae in        : (menggelengkan kepala) “sebenarnya bukan itu....”
Min woo : “Lalu?”
Jae in        : “akan ku beritahu, asal kau berjanji akan segera sembuh”
Min woo : (tersenyum) “jae in..  aku boleh meminta satu hal?”
Jae in        : “akan kupertimbangkan asal jangan menyuruhku membunuh orang”
Min woo : (tertawa ringan kemudian berubah serius )“Jaga dirimu..”
Jae in        : “jangan ngawur.”
Min woo :  “dan  jaga eomma”
Jae in        : “Aku tidak bisa jika tanpamu”
Min woo : (menggeleng-gelengkan kepala) “tidak, kau bisa”
Jae in        : “bagaimana kau bisa seyakin itu?”
Min woo : “karena kau kuat”  (tersenyum) “dan karena kau adikku...”
seluruh tubuh Min woo menegang dan akhirnya lemas terdiam. Jae in yang memegangi tangan min woo bisa merasakan detak jantungnya yang pelan akhirnya berhenti. tubuh Min woo diam bagai es. jae in berteriak tak bisa mengendalikan diri
jae in     : “eomma!! eomma!! dokter!! siapapun tolong..!
ibu          : (hampir berlari dan mendorong pintu dengan keras) “min woo!! min woo!!”
jae in     : “eomma.... ” (melihat ibunnya dengan tatapan kosong) “min woo..”
Ibu            : (melihat jasad min woo dan menggeleng-gelengkan kepala) “tidak... tidak...” (membekapkan tangannya ke mulut agar tidak menangis)
jae in        : “eomma...”
Ibu            : (terjatuh lemas)  “min woo.. min woo..”
Jae in        : (mendekat ke arah ibunnya dan memeluknya erat)
Ibu            : “apa yang harus kita lakukan sekarang jae in?” (berbisik dalam dekapan jae in”
Jae in        : “aku tidak tahu,  aku benar-benar tidak tahu”  (menggelengkan kepala)
jae in tidak dapat lagi menyerah dengan air matannya. setiap tetes air mata mengucur dengan lancar. ia  dan ibunnya saling berpelukan erat dan menangis tersedu-sedu. dengan segala daya yang jae in miliki sekarang, jae in hanya bisa mengucapkan dengan pelan.
Jae in        : “Oppa, kajima!!! kajima...”

END


*gomawo=terima kasih dalam bahasa korea












“Dan bolehkah aku juga jujur padamu?
Ada satu hal yang sejak dulu ingin kukatakan padamu
Hanya saja aku tak  pernah bisa mengatakannya
kau mau tau itu apa?

Aku merindukanmu
Aku benar-benar merindukanmu, Oppa...


You Might Also Like

0 comments